Minggu, 15 November 2015

Mendongeng Yuk

Bagaimana membantu tumbuh kembang si anak?
Apa disuguhi televisi parabola dan gadget terbaru?

Ternyata tidak perlu secanggih itu, karena perkembangan anak bisa kita bantu dengan "mendongeng". Mendongeng mungkin sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian orang tua di sekitar kita, padahal manfaat yang bisa dirasakan tidak bisa diabaikan.

Ketika seorang ayah/bunda mendongengkan sebuah cerita kepada anaknya, saat itulah interaksi dari kedua pihak bisa terjalin. Manfaat lain, si anak terlatih daya pikirnya, karena mereka akan belajar berimajinasi atau membayangkan suatu benda/karakter; membantu kemampuan mendengar dan berbicara, membangkitkan minat baca, serta meningkatkan rasa empati.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan buku bacaan si anak, diantaranya: mempersiapkan buku bacaan yang bergambar, kertas buku yang tidak mudah sobek, dan cerita dongeng yang memiliki pesan moral. Sedangkan si pendongeng hendaknya: mengerti isi cerita, menyampaikan dengan ekspresif, dan melakukan tanya jawab dengan si anak.

Jadi, sudah menyiapkan buku dongengnya?

Referensi lanjutan:
www.alodokter.com/manfaat-dongeng-bagi-pertumbuhan-si-kecil

Sabtu, 14 November 2015

Seberapa Sulitkah Mencantumkan Nama?

Apakah kalian seorang fotografer? Atau sekedar senang mengoleksi foto-foto bagus? Kini, beragam potret di Indonesia bahkan dunia mudah sekali kita hasilkan dan temukan, bisa dari keindahan alam, moment-moment spesial, ataupun aktivitas keseharian yang dilakukan manusia. Tak sedikit dari kita, dengan sengaja ataupun tidak, juga semakin mudah untuk menyimpan foto secara online dari berbagai sumber. Hal tersebut tampaknya bukanlah hal yang mengkhawatirkan, lalu apa yang perlu dipermasalahkan?

Beberapa saat lalu, tim saya mendapati suatu kejadian tak biasa di media online non komersil yang kami tangani. Bermula dari seseorang yang mengunggah sebuah foto bercerita tentang kesenian khas di Indonesia, dan tim kami memilihnya untuk difitur atas namanya. Berselang sehari, beberapa komentar muncul yang menjelaskan bahwa foto tersebut adalah hasil karya teman mereka (bukan milik si pengunggah). Dalam komentar lanjutan, sang pengunggah tersebut meminta maaf sembari mengakui jika foto tersebut bukanlah miliknya. Dia berargumen, jika tujuannya semata untuk berbagi keindahan yang dimiliki Indonesia, dan tidak mengetahui pemilik aslinya. Menanggapi hal tersebut, tim saya pun menghapus foto awal atas nama pengunggah tersebut, dan kembali mengunggah foto yang sama atas nama pemilik foto aslinya, tentunya dengan menunggu kepastian siapa pemilik aslinya. Dan menurut saya pribadi, kebenaran kepemilikan serta izin dari pemilik foto agar fotonya digunakan untuk kepentingan umum harus diutamakan dalam kasus ini. Bagaimana menurut Anda?

Bahkan sebelum kejadian tersebut, saya sempat mencari-cari artikel yang berkaitan tentang hak cipta, dan saya menemukan salah satu website yang secara lengkap menjelaskannya berdasarkan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Salah satu yang perlu diperhatikan, pada pasal 15 tentang pembatasan hak cipta, berbunyi:

"Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta; "

Dengan sangat jelas, peraturan tersebut membatasi suatu tindakan setiap masyarakat Indonesia agar selalu mencantumkan nama pemilik dari suatu hasil karya yang diambil. Dengan demikian, jika kita ingin mengambil suatu karya dan mempublikasikannya di khalayak umum, maka wajib bagi kita untuk mencantumkan nama si pemilik karya. Bagaimanapun alasannya.

Saya sendiri jadi ingat tentang foto-foto yang pernah saya hasilkan. Setahun lalu, saya sempat mengikuti suatu kegiatan yang berorientasi pada pendidikan. Foto-foto yang telah saya hasilkan dalam kegiatan tersebut harus diserahkan kepada panitia penyelenggara sebagai dokumentasi. Sejak awal aturannya memang demikian, saya memberikan izin agar foto saya digunakan dalam kegiatan berkelanjutannya, namun ada satu hal yang mengganjal, dan baru saya sadari sekarang. Ternyata publikasi yang panitia lakukan pada acara-acara selanjutnya, tidak mencantumkan nama pemilik foto, entah mungkin karena demikian aturannya atau sulitnya melacak nama pemilik. Namun hal ini sangat disayangkan jika terus dilakukan secara berkala. Meskipun kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia, setidaknya pameran-pameran dokumentasi yang mereka lakukan tetap mematuhi peraturan hukum yang masih berlaku. Saya masih mengapresiasi kegiatan pendidikan tersebut, karena adanya kebebasan mencantumkan watermark pada foto. Namun yang saya dapati, sebagian foto yang pernah dipamerkan tidak dibubuhi watermark.

Demikianlah sedikit kegelisahan saya terkait pengakuan karya kita di masyarakat. Semoga warga Indonesia terus menghargai dan tidak sembarangan dalam menyebarkan suatu hasil karya milik pribadi maupun orang lain (ingat lho masih ada peraturan lain). Dan bagi kita yang senantiasa menghasilkan suatu karya, terus hargai apa yang kita hasilkan dan tetap bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.

Bacaan lanjutan:

hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_19_02.htm

Kamis, 12 November 2015

Bagaimana Nasib Satwa Indonesia Akibat Kebakaran Hutan di Tahun 2015?

Lebih dari dua bulan di tahun 2015, dampak kabut asap secara umum sangat terasa di Sumatera, Kalimantan, Singapura,Thailand. Musibah ini mulai muncul akibat kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, hal ini sangat berkaitan dengan pembakaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuka lahan pertanian. Ribuan korban manusia menderita sakit akibat terpapar asap, dan tentunya tak sedikit dari mereka yang sangat membutuhkan bantuan medis dan pangan. 

Kejadian ini tentu tidak hanya membahayakan bagi kehidupan manusia, tetapi juga bagi banyak hewan dan tumbuhan yang harus selalu dijaga dan diselamatkan. Dan, salah satu satwa endemik yang harus senantiasa dilindungi yaitu orangutan (Pongo Pygmaeus), keberadaannya dapat kita temukan di kawasan Borneo.

Salah satu berita yang diinformasikan oleh kompas tv dalam akun media sosial instagramnya @kompastv mengungkapkan, telah diselamatkan seekor orangutan betina dan anaknya dari warga yang marah saat mereka sedang menyelamatkan diri dari kebakaran hutan di Kuala Satong, Kalimantan Barat (14/10/15). Orangutan ini ditemukan dalam keadaan kurang gizi dan trauma sambil saling memeluk satu sama lain. (Foto sengaja tidak saya cantumkan)

Saya merasa miris membaca berita ini, lalu bagaimana kondisi satwa-satwa yang lain?

Perlu ada perhatian khusus dari kita semua, selain menjaga populasi satwa yang ada di Indonesia, tetapi juga perlu kesadaran diri untuk terus melestarikan hutan tempat tinggal mereka. Bagaimana pertanggungjawaban kita kepada Tuhan nantinya, jika kita dengan sewenang-wenang merusak dan mengambil hak makhluk hidup ciptaan-Nya?

Referensi:

www.travelfoodfashion.com/10-rare-animals-can-find-indonesia/

https://instagram.com/p/98FuOkpWwJ/

Rabu, 11 November 2015

Resensi "Writerpreneurship"

Judul : Writerpreneurship
Penulis : Dwi Suwiknyo
Tanggal Terbit : Agustus 2014
Penerbit : Salma Idea
Tebal Halaman : 212 hlm

Sebagai penulis buku yang produktif, Dwi Suwiknyo kali ini menuliskan gagasan-gagasannya kepada pembaca dalam bukunya "writerpreneurship" agar dapat berkomitmen menjadi penulis. Disini kita tidak mempelajari lebih dalam tentang teknik menulis, tetapi fokus terhadap sikap mental untuk menjadi seorang penulis.

Diawal tulisan, kita digiring untuk memperbesar motivasi diri dalam menulis, motivasi itu sebaiknya kita dasari untuk kebaikan umat. Ketika mulai menggoreskan pena untuk menulis, maka tulisan tersebut hendaknya berisi gagasan jujur yang mampu kita dikuasai dengan baik, bukan sekedar menyusun atau copas.

"Jika di pikiran ada tarian imajinasi, maka ketulusan itu hanya ada di hati. Kombinasi ini yang rasa-rasanya senantiasa butuh dilatih. Tidak hanya untuk detik ini, tetapi sampai kita mati. Olah imajinasi, olah hati."

Demikianlah sedikit kutipan yang disampaikan penulis. Singkat kata, bisa menjadi penulis saja tidak cukup, namun kita juga harus selalu melibatkan emosi. Selain itu, penulis juga harus terus bersifat original dan signifikan (ori: kemurnian ide, sign: manfaat penting bagi orang lain), dan tulisannya mudah dipahami oleh pembaca.

Lalu bagaimanakah tahapan menulis yang mudah bagi yang belum terbiasa menulis, pertama, buat dulu rancangan naskah dan batasan materi tiap bab; kedua, mulai menulis dari bab per bab; ketiga, revisi naskah; keempat, coba berikan kepada pembaca pertama untuk mendapatkan masukan, dan jika sudah fix, maka segera kirim ke penerbit ya..

Selain itu, pahami juga tipe penerbit yang kita tuju, karena setiap penerbit tidak selalu memiliki kriteria yang sama, dan jika memungkinkan, self publising bisa menjadi solusi agar tulisanmu bisa segera dibukukan (setelah mempersiapkan pasar pembaca sendiri).

Di lain hal, kita juga harus senantiasa memperhatikan bagaimana cara kerja suatu penerbit untuk memikat hatinya (memperhatikan apa keunggulan buku dan potensi pasar), memahami fee dari tulisan kita, memperhatikan hak cipta karya, dan keorisinalan serta kualitas tulisan.

"Tak lelah menulis, meski harus berhadapan dengan penolakan, meski harus merevisi tulisan berulang-ulang, meski dihantui rasa malas dan kebosanan."

Berjuanglah sampai buku terbit, meski naskah yang kita kirim ke penerbit belum tentu langsung diterima, tetapi tetap bersemangatlah untuk terus menulis, apapun yang terjadi tetap menulisnya.. (red)

Untuk mengembangkan dan produktif dalam menulis, kita juga sebaiknya gemar untuk mengikuti kompetisi-kompetisi menulis, atau rajin menulis blog. Dengan rajin menulis di blog, kita jadi terbiasa menulis. Itu yang terpenting. Jangan suka menunda dan buat jadwal yang rutin, selalu rajin baca termasuk baca buku yang lagi hits (mungkin bisa nambah ide tulisan agar unik dan disukai pasar).

Apabila ingin menjadi writerpreneur, tempatkan diri kita untuk menekuni dunia tulis menulis dengan sungguh-sungguh, berani mengambil aktivitas menulis sebagai pengisi waktu kita, bahkan hidup kita. Ciri dari writerpreneur mudah saja untuk dilihat, dia telah mendapat pengakuan dari industri publikasi dan mendapatkan fee dari aktivitasnya menulis, dan pihak publisher-lah yang memesan tulisannya duluan.

Simak juga ciri-ciri penulis (bakal) sukses,  diantaranya:
a. Peka dengan hal" kecil yang diremehkan orang lain
b. Suka mencari sudut pandang lain dari tiap masalah
c. Rajin bertanya, bergegas mencari jawaban
d. Selalu belajar
e. Fokus pada karya, bukan popularitas
f. Menjadikan siapapun gurunya
g. Dimanapun menjadi ruang belajarnya
h. Suka berbagi pengetahuan baru
i. Punya perpustakaan pribadi
j. Rajin menulis setiap hari

"Ingatlah selalu ya, penulis yang gagal itu bukan penulis yang kalah lomba, juga bukan penulis yang naskahnya ditolak penerbit. Tetapi penulis yang gagal itu kalau ia memutuskan untuk berhenti menulis".

Melalui buku ini, kita akan memahami bagaimana tahapan menjadi seorang writerpreneur (berprofesi sebagai penulis), bukan berarti kita berfokus pada fee, tetapi lebih pada semangat untuk menjadi penulis andal yang profesional, mampu menemukan jati diri melalui menulis, sekaligus tulisannya dapat diandalkan oleh media serta pembaca.

Disamping isi buku yang sangat memotivasi dan layout tulisan yang eye catching, gaya bahasanya pun sangat menyenangkan untuk dibaca, apalagi disertai beberapa contoh tulisan yang mendukung. Hanya saja, bab per bab dalam buku dibagi menjadi subbab yang cukup banyak. Pada topik "publisher" misalnya, pembahasannya dipaparkan dalam beberapa subbab yang berbeda. Apabila subbab yang dipaparkan bisa dirangkum lebih padat, mungkin akan lebih mudah dan runut untuk dipahami secara keseluruhan.

Selamat Membaca..

Selasa, 10 November 2015

Resensi "Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller"

Judul : Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller
Penulis : Edy Zaqeus
Tanggal Terbit : September 2015 (cetakan 1 & 2)
Penerbit : Gradien Books
Tebal Halaman : 183 hlm

Berhasil menjadi penulis best seller adalah dambaan bagi setiap pengarang atau penulis. Agar mampu menulis buku best seller, maka tentunya penulis harus memiliki motivasi dan produktivitas dalam menulis. Jika kita mampu menulis buku best seller, maka dengan sendirinya motivasi kita untuk menulis akan semakin besar dan mempengaruhi produktivitas dalam menghasilkan karya-karya selanjutnya.

Dalam buku yang ditulis oleh Edy Zaqeus ini dengan rinci memaparkan bagaimana potensi kita sebagai penulis, bagi semua orang tidak terkecuali. Mengapa demikian, karena semua orang berbakat menulis, tinggal bagaimana motivasi kuat yang dimiliki. Lalu bagaimana jika kita adalah orang yang sibuk, untuk menulis saja rasanya tidak sempat. Namun jika merujuk dari buku ini, ternyata menulis bisa kita lakukan dalam berbagai keadaan, dengan teliti setiap celah kegiatan dan menemukan waktu luang, menggali gagasan secara simultan saat sedang mengerjakan hal lain, dan senantiasa membuat komitmen waktu untuk menulis.

Dalam buku ini juga dipaparkan, beberapa pengalaman sang penulis dan rekan-rekannya sesama penulis, memilih tema buku yang sesuai dengan apa yang kita kuasai, menambang ide dalam segala aktivitas (flow), menyusun tulisan hingga cara menerbitkannya, maupun beberapa jenis buku yang patut dipertimbangan disaat menyusun naskah (buku jenis kumpulan tulisan, buku tanya jawab, fast book).

Dari halaman per halaman kita dapat memahami dengan mudah apa yang disampaikan oleh penulis, hal ini juga didukung dari gaya bahasa yang enak dibaca, pengalaman-pengalaman yang memotivasi, serta data-data pendukung yang relevan. Buku ini patut Anda baca, khususnya bagi yang berminat menjadi penulis best seller meski dalam keseharian yang cukup sibuk.

Pengalaman Membuat Mainan Edukasi

Beberapa waktu lalu, saya sempat menggalau tentang sebuah produk mainan anak-anak yang harganya lumayan mahal. Di Indonesia, produk ini masih segelincir yang menjualnya, website-website resmi atau forum jual beli juga masih sedikit yang menawarkan, dan umumnya produk yang dijual dari brand yang sama. Btw, produk apa sih yang dimaksud?

Produk yang saya maksud adalah quite books, buku yang terbuat dari kain atau bahan lembut lainnya dan kemudian didesain hingga menyerupai mainan yang bisa lepas tempel, bersifat 3D, dan melatih motorik anak. Setelah saya amati perkembangan quite books via google, instagram, dan pinterest, banyak orang dari luar negeri (kebanyakan) yang sangat kreatif untuk membuatnya. Sebagian dari mereka membuatnya secara pribadi agar bisa langsung dimainkan si buah hati (khususnya pada usia 3-5 tahun). Ada bermacam bentuk yang sempat saya ingat, ada yang mengedukasi untuk bertanam, memasak, mengikat sepatu, berhitung, menyusun puzzle, dsb. Menarik bukan?

Saya pun jadi tergerak untuk membuat quite books juga, melihat mainan yang belum terlalu mengedukasi ponakan saya, dan mungkin dari kreasi ini bisa membantu keinginan saya untuk menjadi edupreneur, he..

Beberapa minggu lalu, saya sudah sempat membuat satu lembar quite books yang berisi tentang pohon dan buahnya, si ponakan sih cukup suka dengan hasil yang baru setengah jadi itu, tapi mungkin selanjutnya saya harus memikirkan tema yang lebih menarik lagi.

Bahan yang saya butuhkan untuk pembuatan quite books, diantaranya: kain flanel, kain katun, benang, jarum, aksesoris, dan pola gambar. Cukup mudah mencari bahannya dan tinggal kita mengasah kemampuan membentuk pola serta menjahit dengan tusuk feston. Mudah bukan?