Selasa, 30 Agustus 2016

Denyut Baru Drigu

DENYUT BARU DRIGU 
Artikel dan Foto oleh: Nurlaili L.



Sedaer River Tubing, Jawa Timur.
Alternatif petualangan wisata air di Sungai Amprong, lereng Gunung Semeru.

Dusun Drigu sebelumnya jarang terdengar di telinga saya. Namun kali ini saya berkesempatan mendatangi kawasan Poncokusumo ini dan menyusuri petak-petak hijau yang didominasi tanaman sedaer (selada air), salah satu jenis tanaman budidaya andalan warga.

“Saking pundi Mbak?—Dari mana Mbak (asalnya)?” Sapa ramah seorang petani
“Kulo saking Tumpang Pak—Saya dari Tumpang Pak.”

Sang petani kemudian menunjukkan sebuah jalan setapak di antara ladang sedaer agar tidak terperosok. Tak jauh dari sana, saya bertemu dengan para pemandu dan pemain yang memulai kegiatan serunya, river tubing. Mereka mengarungi sungai dengan memakai ban dalam kendaraan (tube) yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Ketika mengendarai ban, pemain cukup duduk di atasnya dan mengikuti arus sungai. Di ujung sungai inilah, terlihat Shuvia Rahma sedang mendokumentasikan aktivitas mereka, ialah salah satu penggagas terbentuknya Sedaer River Tubing. Dalam kesempatan yang ada, Shuvia menceritakan beberapa hal terkait wisata baru ini kepada saya.


Petak-Petak Tanaman Sedaer Tumbuh Menghijau. 
Setiap harinya, ladang sedaer di Drigu harus dialiri air bersih untuk membantu pertumbuhan tanaman sedaer. Dalam waktu sebulan, tanaman sudah bisa dipanen untuk dijual di pasar terdekat.


Wisata river tubing di Drigu mulai ada karena inisiatif dari pemuda-pemudi kreatif, Randy dan Shuvia. Berawal dari kesamaan hobi, menjelajahi dan menaruh kepedulian terhadap alam, mereka menemukan sebuah potensi wisata di dusun yang dilalui Sungai Amprong ini. Di tahun 2015, Mereka mulai mencoba merangkul beberapa warga untuk mengembangkan river tubing, hingga akhirnya seorang petani Drigu, Suwanto menyambut baik ajakan tersebut. Karena cukup disegani di masyarakat, Suwanto juga berhasil mengajak beberapa warga lainnya untuk turut serta mengembangkan denyut baru Drigu ini. Selama ±3 bulan, perbaikan kondisi Sungai Amprong pun dilakukan, secara gotong royong mereka membersihkan sampah-sampah dan menata posisi bebatuan agar tidak membahayakan nantinya.

“Sebenarnya, sebelum ada Sedaer River Tubing, para warga sudah mengenal tentang aktivitas semacam ini, tapi mereka melakukannya sekadar untuk main-main dan belum safety (aman)” Tutur wanita asal Pakisaji ini

            Kiprah Sedaer River Tubing diawali dengan pembelian 15 unit peralatan keamanan (helm, pelampung, dan ban), yang dilanjutkan dengan menyebarkan informasi tentang wisata air ini kepada beberapa saudara dan orang terdekat. Saat itu, base camp untuk menerima tamu menggunakan rumah warga di Dusun Drigu. Seiring berjalannya waktu, para anggota bersepakat untuk mendirikan base camp sendiri di sebuah lahan tidak terawat milik Suwanto. Menariknya, lanskap yang indah, hawa sejuk, perbukitan hijau, serta kondisi jalan yang mudah diakses ternyata menjadi nilai tambah kenyamanan di area base camp yang baru.

Jalur untuk mencapai lokasi base camp dapat melalui Desa Kunci (Gubuk Klakah) dan Pasar Wates (Poncokusumo). Dalam perjalanan saya dari Desa Tumpang, saya melaju ke arah timur (Gubuk Klakah) menuju Dusun Drigu, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang jaraknya hanya sekitar 9 Km. Menurut saya, rute ini cukup mudah untuk diingat, karena jalurnya searah dengan rute para pendaki menuju TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru).

 
Anyaman Bambu Gazebo Menjadi Latar Taman Base Camp. Selama beberapa bulan, tahap demi tahap pembangunan base camp dimulai, dari pembangunan kamar mandi, gazebo serta taman yang ditata sedemikian rupa.

Galeri Sedaer River Tubing. Keseruan olahraga semi ekstrem river tubing diabadikan dalam beberapa dokumentasi foto.

Para Tamu yang Bersantai di Gazebo. Tak terlalu banyak kendala selama proses pembangunan gazebo, karena bahan-bahan bangunan mudah didapat dan harganya terjangkau.

Briefing Sebelum Tubing. Briefing sangat penting dilakukan oleh pemandu, agar para pemain dapat nyaman dan aman ketika melakukan river tubing.

Para Pemandu Sedaer River Tubing. Para pemandu merupakan warga asli di kawasan Drigu sendiri. Sekitar 5-10 orang aktif menjadi anggota di Sedaer River Tubing untuk melayani para tamu.

Beberapa Medan Berbatu Menjadi Tantangan Tersendiri Bagi Pemain River Tubing. Petualangan river tubing semakin seru ketika aliran air sungai melewati beberapa jeram pada ketinggian tertentu.

Melalui kerja keras dan komitmen yang kuat, saat ini Sedaer River Tubing semakin ramai dikunjungi oleh sekitar 20-an wisatawan dalam sehari. Layanan juga semakin dimaksimalkan, contohnya dengan menambah paket unik, diantaranya: petik sedaer, petik apel, dan outbound di Hutan Pinus Bedengan (Poncokusumo). Hal ini tentu tak terlepas dari peran serta beberapa warga di sekitar Desa Kunci, Drigu dan Poncokusumo yang turut membantu dalam kegiatan harian river tubing, termasuk dalam penyediaan konsumsi dan alat transportasi.

Di samping mengoptimalkan potensi wisata daerah, kelestarian ekosistem alam juga menjadi perhatian utama bagi para anggota. Melalui kegiatan baru ini, beberapa warga yang biasanya menambang pasir di Sungai Amprong mulai beralih profesi menjadi pemandu river tubing.

“Batu itu penting. Supaya menahan laju air, sehingga ketika air bah datang maka bisa dipecah lajunya. Namun jika bebatuan terus diambil, kontur sungai bisa berubah dan tidak ada penahan. Jadi jika saya ingin tetap melakukan konservasi, saya juga harus mengajak orang-orang di sekitar sini.” Jelas Shuvia

Pentingnya aksi konservasi semakin disadari Shuvia ketika bertemu dengan rekan-rekannya sesama pecinta alam. Hingga saat ini, konservasi alam secara nyata mereka lakukan di daerah hulu, di Desa Taji (Kec. Jabung, Malang). Pemasukan dan bantuan yang telah diterima, mereka alokasikan untuk penghijauan hutan di Taji, supaya dapat mencegah terjadinya tanah longsor dan menyelamatkan sumber mata air disana. Tantangan juga sering mereka hadapi sejak melaksanakan aksi penghijauan 1.500 pohon, beberapa tanaman ditemukan rusak dan perawatan tanaman harus rutin dilakukan (perawatan sekitar dua bulan sekali). Namun, hal ini tidak menyurutkan tekad mereka untuk terus memperbaiki kelestarian alam, untuk Indonesia. Mereka terus melangkah maju dan fokus agar dapat kembali menyampaikan kabar baik lainnya. Harapan Shuvia sendiri pun tak muluk-muluk, setidaknya melalui wisata air ini, ia dapat terus melakukan konservasi alam, mampu mengajak wisatawan untuk menjaga lingkungan dan para warga dapat bekerja sama secara optimal untuk mengembangkan potensi wisata di daerahnya.

Dari sini, saya mendapatkan banyak inspirasi dan dapat mengambil sebuah pelajaran baru. Impian dan harapan mempunyai kekuatan yang sangat besar, tapi hanya ketika diperkuat oleh penelitian, pembelajaran, dan usaha. Inilah inovasi daerahku, bagaimana inovasi di daerahmu?



Lokasi Sedaer River Tubing (Menggunakan Aplikasi Google Maps).
Sedaer River Tubing, Dusun Drigu, Kec. Poncokusumo, Kab. Malang, Jawa Timur, Indonesia.


Bacaan Lanjutan:



Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku