INILAH ASAL WARNA-WARNI DAUN
Seberapakah jeli kita mengamati segala macam warna dalam setiap tanaman dan hewan yang ada di halaman rumah? Jika kita renungi sejenak, tampak jelas dimana kupu-kupu yang terbang dengan sayap warna-warni bermembrannya, keindahan bunga yang bermekaran, maupun menjulangnya pohon-pohon dengan daunnya yang hijau segar. Tentu saja karya seni ini milik Allah SWT yang menjadi pencipta dari semua makhluk hidup.
Kali ini mari bersama-sama membahas lebih dalam tentang warna daun yang sudah tidak asing dalam penglihatan kita. Daun merupakan salah satu organ penting yang berperan dalam proses fotosintesis. Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung tanpa adanya zat hijau daun dalam proses perombakan karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat. Warna hijau pada daun ini berasal dari pigmen warna daun yang disebut klorofil (chlorophyll). Klorofil merupakan sebuah pigmen yang terkandung dalam kloroplas yang tersebar dalam sitoplasma sel-sel tanaman. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya yang berasal dari matahari dengan mudah, tetapi hanya memantulkan warna hijau. Namun, di daerah beriklim sedang, daun pada beberapa jenis tanaman memiliki warna selain hijau pada musim tertentu. Umumnya, warna hijau daun dapat berubah menjadi kuning, orange, ataupun merah. Bagaimana bisa?
Di dalam sel tumbuhan terdapat bintik-bintik pigmen pembawa zat warna yang disebut dengan chromatophere. Selain mengandung chlorophyll, sel daun juga mengandung sejumlah pigmen penyusun warna daun, seperti: xanthophylls (memberi pigmen warna kuning), carotenoids (penyusun pigmen warna kuning, orange, dan coklat), anthocyanins (penyusun warna merah dan violet), maupun tannins (memberikan warna kuning keemasan). Namun warna hijau pada klorofil demikian kuat sehingga warna lain tidak terlihat. Oleh karena itu warna-warna yang umum dalam dunia tanaman adalah hijau atau nuansa warna hijau.
Meski demikian, perubahan terjadi di daerah beriklim sedang pada siang hari, dengan kondisi udaranya yang hangat (15-20°C) mendukung proses fotosintesis secara optimal. Timbunan gula asimilat (hasil proses fotosintesis) yang telah dihasilkan tidak semuanya dapat ditransport ke jaringan tanaman pada malam harinya karena dinginnya cuaca di malam hari, sehingga menyebabkan jaringan floem (jaringan pendukung transportasi asimilat) menutup secara perlahan, timbunan gula pun meningkat dan memacu pembentukan anthocyanins. Ketika panjang hari penyinaran menyusut dan malam hari bertambah panjang, maka dapat mengurangi produksi klorofil, dan sejumlah pigmen daun lainnya mulai terbentuk sehingga warna daun yang sebelumnya berwarna hijau menjadi berwarna-warni.
Lalu bagaimana jika daun-daun mulai berjatuhan dari rantingnya? Inilah proses alamiahnya, setelah tanaman mengalami berbagai perubahan suhu lingkungan termasuk udara yang dingin; kekuatan ranting, dahan, maupun batang tanaman perlahan semakin melemah, hal ini menyebabkan kerusakan pada daun dan mulailah berguguran. Daun yang jatuh dari pohonnya terdekomposisi di tanah dan menjadi humus. Humus berfungsi dalam menyuburkan tanaman di sekitarnya serta menjadi makanan bagi organisme lain.
Dari sinilah kita pun semakin paham, segala ciptaan warna dari Sang Pencipta menambah daya imajinasi dan kreativitas manusia sendiri. Coba pikirkan, betapa banyak pelukis yang terus berkreasi dengan kuas untuk mengisi warna kanvasnya; jika ingin mengecat rumah, kini kita hanya perlu memilih ratusan macam warna yang disediakan dalam katalog cat di toko bangunan; dan jika Anda seorang progammer, pasti sudah paham betul soal perancangan halaman web dengan mengotak-atik kode warnanya. Semua warna yang dihasilkan manusia hanyalah tiruan dari aslinya yang terdapat di alam. karena Allah adalah asal dari segala sesuatu, dan semua warna yang menggambarkan makhluk-makhluk hidup di muka bumi adalah ciptaan-Nya.
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (Q.S. Faathir, 35: 27)
Referensi:
blog.nwf.org/2014/09/why-leaves-fall-from-trees-in-autumn/ diakses tanggal 14 Mei 2015.
www.na.fs.fed.us/fhp/pubs/leaves/leaves.shtm diakses tanggal 14 Mei 2015.
www.rudiyanto.net/2013/09/proses-perubahan-warna-pada-daun.html diakses tanggal 12 Mei 2015.
Yahya, Harun. 2003. Kesempurnaan Seni Warna Ilahi. Published by www.alfithrahgp.com
Mei 13, 2015