BAGAIMANA MEMPEROLEH ANAK LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN ?
Kita tidak lahir begitu saja
tanpa adanya proses perkembangan manusia sebagai individu laki-laki atau
perempuan, lalu bagaimana metode fisikal untuk memperoleh anak laki-laki atau
perempuan? Dalam kaitannya ditemukan jawaban awal atas permasalahan ini dalam
disiplin zoologi. Dalam kasus beberapa hewan, sekresi sperma jantan bersifat
alkaline (zat kimia yang menetralisir asam), sedangkan sekresi hewan betina
bersifat asam. Ketika kedua sperma bertemu dan keasaman yang dimiliki sperma
betina lebih dominan daripada alkaline yang ada pada sperma pejantan, maka
kesempatan membuahi ovum hanya tersedia bagi spermatozoa jenis betina, dan
tidak ada kesempatan bagi spermatozoa jenis jantan. Dengan kata lain, ketika
sifat keasaman yang merupakan karakteristik perempuan lebih dominan, maka anak
yang dihasilkan adalah perempuan, akan tetapi ketika alkali yang merupakan
karakteristik laki-laki lebih dominan, maka anak yang dihasilkan adalah
laki-laki.
Prof. Sa’id Hafidz, seorang
muslim berkebangsaan Mesir yang telah meneliti hubungan antara sperma laki-laki
dan perempuan selama 10 tahun dengan menggunakan mikroskop elektronik dan
komputer menjelaskan bahwa sperma laki-laki berkarakter alkali, dan sperma
perempuan berkarakter asam. Ketika kedua sperma bertemu, dan sperma perempuan
lebih dominan daripada sperma laki-laki dan yang aktif adalah keasaman,
melebihi gerakan spermatozoa yang membawa karakteristik perempuan dalam pembuahan
ovum, maka anak yang akan dilahirkan adalah perempuan, dan sebaliknya.
Inilah sunnatullah dalam
menentukan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dalam hadis Rasulullah yang
diriwayatkan Ibnu Katsir:
“Jika air (sperma) laki-laki
mendominasi air (sperma) perempuan, maka dengan izin Allah, anak yang
dilahirkan akan berjenis kelamin laki-laki, sedangkan jika air (sperma)
perempuan yang mendominasi air (sperma) laki-laki, maka dengan izin Allah anak
yang dilahirkan akan berjenis kelamin perempuan.” (HR. Muslim dengan status
shahih)
Namun, ketentuan ini
tergantung pada kekuasaan Allah, bukan pada kemampuan para dokter.
Notes:
A,
Yusuf. 2008. Seri Kemujizatan Al Quran
dan Sunnah, Kemujizatan Manusia dalam Al Quran dan Sunnah. Yogyakarta:
Sajadah_press.
Januari 13, 2012
0 komentar:
Posting Komentar