PERKEMBANGAN
SEL-SEL SYARAF ANAK
Dunia
kedokteran membuktikan dan menetapkan bahwa sel-sel manusia, baik yang di dalam
kulit, otot, tulang maupun mata, kesemuanya mengalami peremajaan setiap 7 tahun
sekali, kecuali sel-sel syaraf. Sel-sel ini berhenti laju perkembangannya sejak
usia 7 tahunan, dan dalam rentang waktu ini, sekitar 9/10 otak berkembang. Jika
sel syaraf mengalami peremajaan tiap 7 tahun sebagaimana sel-sel lainnya, maka
ini akan menyebabkan berubahnya karakteristik seseorang, sehingga dalam satu
hari saja ia bisa memiliki beberapa kepribadian.
Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, perkembangan otak pada masa kanak-kanak ada tiga
tahapan, mulai dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling
brain), dan akhirnya ke neokorteks (thought brain). Walaupun saling
berkaitan, ketiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur
fisik untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak
motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari
pengindraan. Otak limbik memproses emosi dan sebagai penghubung otak pikir dan
otak primitif. Sedangkan otak pikir, yang merupakan bagian otak yang paling
obyektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh
waktu lebih banyak untuk memproses informasi dari otak primitif dan otak
limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan,
perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.
Mielinasi
saraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, otak limbik,
dan otak pikir. Jalur saraf yang makin sering digunakan membuat mielin makin
menebal. Makin tebal mielin, makin cepat impuls saraf atau perjalanan sinyal
sepanjang urat saraf. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima
masukan dari lingkungannya sesuai dengan perkembangannya.
Di
samping itu, anak juga membutuhkan pengalaman yang merangsang seluruh indra.
Rangsangan dan perkembangan indra itu mengembangkan bagian tertentu dari otak
primitif yang disebut reticular activating system (RAS), yakni wilayah
di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. RAS menjadi pintu masuk
di mana kesan yang ditangkap setiap indra saling berkoordinasi sebelum
diteruskan ke otak pikir.
Seseorang
dilahirkan dengan 10 miliar sel saraf di otaknya. Tiga tahun pertama sejak
lahir merupakan periode di mana miliaran sel glial terus bertambah untuk
memupuk neuron. Sel-sel saraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antarneuron
yang disebut dendrit. Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak
limbik sudah 80 persen termielinasi. Setelah umur 7 tahun mielinasi bergeser ke
otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespons
citra visual. Saat membaca, menulis, dan berbicara, peran otak kiri dominan.
Tugas utama otak kiri ialah berpikir secara nalar analitis dan menyusun argumen
logis sesuai makna bahasa.
Kenyataan
ini menunjukkan estetika ciptaan Allah, sebab Allah membebaskan tuntutan
kewajiban (taklif) dari orang yang
belum mukallaf, yaitu orang yang belum selesai masa pertumbuhannya (anak
kecil). Ketika si anak sudah besar, kepribadiannya akan terbentuk konstan dan
dapat berpikir secara nalar melalui konsistensi (keajegan) sel-sel syarafnya
yang tidak bertambah maupun berkurang akibat kerusakan maupun sakit, sehingga
ia pun bisa terus beraktivitas menjalankan fungsinya.
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dari A’isyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
“Pena
catatan amal diangkat dari tiga orang (tidak mencatat perbuatan mereka): Orang
tidur sampai ia bangun, orang yang sedang diuji (sakit) sampai ia sembuh, dan
anak kecil sampai ia dewasa.”
Mahasuci
Allah SWT yang sungguh agung kekuasannya. Dia berfirman:
“Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(Q.S. Luqman, 31: 13)
Masa kanak-kanak dimulai dari selesainya masa menyusui hingga
anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif
bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Di dalamnya terjadilah proses pembentukan
jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini,
orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap masalah pendidikan anak dan
mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif di masyarakatnya
kelak.
Konsep pendidikan yang tepat untuk diterapkan pada masa ini
adalah seperti mengenalkan anak kepada Allah
SWT, menanamkan cinta kepada Nabi SAW dan Ahlul Bait a.s., mendidik anak untuk
taat kepada orang tua, menghormati anak, sikap adil terhadap semua anak, kebebasan
bermain, dan lain-lain.
Pendidikan pada masa ini sebaiknya dijalankan secara bertahap
sesuai dengan usia, kemampuan berpikir anak, dan kematangan bahasa dan
nalarnya. Imam Muhammad Baqir a.s. dalam hal pendidikan bertahap ini
mengatakan,
Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat “ Laa
ilaaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan
ia. Saat ia berusia tiga tahun tujuh bulan dua puluh hari, katakan kepadanya “Muhammad
Rasulullah” (Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan
sampai ia berumur empat tahun. Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan “ Shallallaah
‘alaa Muhammad wa aalihi” (Salam sejahtera atas Muhammad dan keluarganya)
sebanyak tujuh kali dan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima tahun,
tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? Jika ia mengetahui arah kanan
dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan perintahkanlah ia untuk
bersujud lalu tinggalkan. Setelah ia berumur tujuh tahun suruhlah ia untuk
mencuci wajah dan kedua tangannya dan perintahkanlah ia untuk shalat lalu
tinggalkan. Saat ia berusia genap sembilan tahun ajarilah wudhu dan shalat yang
sebenarnya dan pukullah ia bila meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah
mempelajari wudhu dan shalat dengan benar, maka Allah akan mengampuninya dan
mengampuni kedua orang tuanya, Insya Allah.
Para pakar psikologi mendukung kebenaran teori yang diberikan
oleh Imam Baqir di atas. Mereka mengatakan, “Saat berusia dua sampai tiga
tahun, anak mulai menunjukkan kemampuannya menyebutkan benda-benda dan hubungan
yang dilihatnya. Di akhir tahun ketiga, anak mulai bisa menggunakan kata-kata
dan merangkainya sesuai dengan tata bahasa yang benar dan saat itulah ia telah
dapat menyusun kalimat-kalimatnya yang masih sangat sederhana dengan baik dan
benar”.
Notes:
A,
Yusuf. 2008. Seri Kemujizatan Al Quran
dan Sunnah, Kemujizatan Manusia dalam Al Quran dan Sunnah. Yogyakarta:
Sajadah_press.
Desember 26, 2011
0 komentar:
Posting Komentar