Kamis, 14 Mei 2015

Inilah Asal Warna-Warni Daun

INILAH ASAL WARNA-WARNI DAUN

Seberapakah jeli kita mengamati segala macam warna dalam setiap tanaman dan hewan yang ada di halaman rumah? Jika kita renungi sejenak, tampak jelas dimana kupu-kupu yang terbang dengan sayap warna-warni bermembrannya, keindahan bunga yang bermekaran, maupun menjulangnya pohon-pohon dengan daunnya yang hijau segar. Tentu saja karya seni ini milik Allah SWT yang menjadi pencipta dari semua makhluk hidup.

Kali ini mari bersama-sama membahas lebih dalam tentang warna daun yang sudah tidak asing dalam penglihatan kita. Daun merupakan salah satu organ penting yang berperan dalam proses fotosintesis. Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung tanpa adanya zat hijau daun dalam proses perombakan karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat. Warna hijau pada daun ini berasal dari pigmen warna daun yang disebut klorofil (chlorophyll). Klorofil merupakan sebuah pigmen yang terkandung dalam kloroplas yang tersebar dalam sitoplasma sel-sel tanaman. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya yang berasal dari matahari dengan mudah, tetapi hanya memantulkan warna hijau. Namun, di daerah beriklim sedang, daun pada beberapa jenis tanaman memiliki warna selain hijau pada musim tertentu. Umumnya, warna hijau daun dapat berubah menjadi kuning, orange, ataupun merah. Bagaimana bisa?


Di dalam sel tumbuhan terdapat bintik-bintik pigmen pembawa zat warna yang disebut dengan chromatophere. Selain mengandung chlorophyll, sel daun juga mengandung sejumlah pigmen penyusun warna daun, seperti: xanthophylls (memberi pigmen warna kuning), carotenoids (penyusun pigmen warna kuning, orange, dan coklat), anthocyanins (penyusun warna merah dan violet), maupun tannins (memberikan warna kuning keemasan). Namun warna hijau pada klorofil demikian kuat sehingga warna lain tidak terlihat. Oleh karena itu warna-warna yang umum dalam dunia tanaman adalah hijau atau nuansa warna hijau.

Meski demikian, perubahan terjadi di daerah beriklim sedang pada siang hari, dengan kondisi udaranya yang hangat (15-20°C) mendukung proses fotosintesis secara optimal. Timbunan gula asimilat (hasil proses fotosintesis) yang telah dihasilkan tidak semuanya dapat ditransport ke jaringan tanaman pada malam harinya karena dinginnya cuaca di malam hari, sehingga menyebabkan jaringan floem (jaringan pendukung transportasi asimilat) menutup secara perlahan, timbunan gula pun meningkat dan memacu pembentukan anthocyanins. Ketika panjang hari penyinaran menyusut dan malam hari bertambah panjang, maka dapat mengurangi produksi klorofil, dan sejumlah pigmen daun lainnya mulai terbentuk sehingga warna daun yang sebelumnya berwarna hijau menjadi berwarna-warni.

Lalu bagaimana jika daun-daun mulai berjatuhan dari rantingnya? Inilah proses alamiahnya, setelah tanaman mengalami berbagai perubahan suhu lingkungan termasuk udara yang dingin; kekuatan ranting, dahan, maupun batang tanaman perlahan semakin melemah, hal ini menyebabkan kerusakan pada daun dan mulailah berguguran. Daun yang jatuh dari pohonnya terdekomposisi di tanah dan menjadi humus. Humus berfungsi dalam menyuburkan tanaman di sekitarnya serta menjadi makanan bagi organisme lain.


Dari sinilah kita pun semakin paham, segala ciptaan warna dari Sang Pencipta menambah daya imajinasi dan kreativitas manusia sendiri. Coba pikirkan, betapa banyak pelukis yang terus berkreasi dengan kuas untuk mengisi warna kanvasnya; jika ingin mengecat rumah, kini kita hanya perlu memilih ratusan macam warna yang disediakan dalam katalog cat di toko bangunan; dan jika Anda seorang progammer, pasti sudah paham betul soal perancangan halaman web dengan mengotak-atik kode warnanya. Semua warna yang dihasilkan manusia hanyalah tiruan dari aslinya yang terdapat di alam. karena Allah adalah asal dari segala sesuatu, dan semua warna yang menggambarkan makhluk-makhluk hidup di muka bumi adalah ciptaan-Nya.

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (Q.S. Faathir, 35: 27)





Referensi:
blog.nwf.org/2014/09/why-leaves-fall-from-trees-in-autumn/ diakses tanggal 14 Mei 2015.
www.na.fs.fed.us/fhp/pubs/leaves/leaves.shtm diakses tanggal 14 Mei 2015. 
www.rudiyanto.net/2013/09/proses-perubahan-warna-pada-daun.html diakses tanggal 12 Mei 2015.
Yahya, Harun. 2003. Kesempurnaan Seni Warna Ilahi. Published by www.alfithrahgp.com

Mei 13, 2015

Selasa, 12 Mei 2015

Akademi Militer dalam Sistem Imunitas Tubuh

AKADEMI MILITER DALAM SISTEM IMUNITAS TUBUH

Apakah kalian masih ingat fungsi kelenjar timus yang dijelaskan oleh guru biologi? Kelenjar yang tumbuh pada awal kelahiran dan menyusut setelah pubertas. Jika masih lupa atau tidak pernah mendengarnya, mari kita bersama-sama belajar lebih dalam tentang pengertian timus dan manfaat tersembunyi dibalik penciptaannya. 

Awalnya, kelenjar timus dianggap tidak memiliki fungsi sama sekali. Namun ternyata anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Bagaimana bisa?



Timus (Thymus) adalah kelenjar berwarna abu-abu merah muda yang terletak di daerah dada bagian atas, di bawah sternum atau tulang dada. Pada bayi baru lahir, kelenjar ini lebih besar dibandingkan pada saat dewasa. Kelenjar timus terus tumbuh sampai pubertas dan kemudian mengalami involusi, timus mulai menyusut ukurannya. Kelenjar timus sangat aktif selama masa kanak-kanak, yang memainkan peran penting dalam mengembangkan dan meningkatkan sistem imunitas tubuh. Ilustrasinya, di dalam sistem acquired immunity memiliki regu-regu pasukan yang bekerja menurut bidangnya masing-masing. Ada regu eksplorasi, regu pembuat senjata, regu pembunuh (tempur), pasukan pelayan, dan regu penyerbu. Namun yang menjadi fokus pembicaraan kali ini yaitu regu pembunuh.

Sel-sel darah putih yang diproduksi dan terbentuk di dalam medulla (tulang sumsum) dan sengaja dikirim ke akademi militer yang bernama kelenjar timus untuk mengikuti progam pendidikan dan pelatihan. Setelah lulus, sel-sel darah putih menyandang pangkat “sel terlatih”. Di akademi militer ini, sel darah putih yang dikeluarkan untuk kepentingan perang belajar dua materi pokok: mengidentifikasi diri sendiri dan kawan, dan mengidentifikasi lawan yang membawa penyakit.

Sel darah putih terlebih dahulu dihadapkan dengan ratusan ribu protein maupun unsur-unsur penyebab penyakit, yang kemudian dilatih untuk mengidentifikasinya agar menyerang atau tidak. Selanjutnya sel-sel darah putih melalui tahap ujian, pada tahap ini satu per satu diuji mengenai kedua materi yang telah diajarkan sebelumnya. Bagi yang tidak lolos ujian, dilarang meninggalkan akademi dan dimusnahkan, karena jika keluar ke dalam darah maka akan sangat mungkin bagi dirinya untuk menyerang atau menghancurkan tubuh yang membentuknya. Selain berperan dalam melindungi tubuh dengan memproduksi antibodi yang menghentikan invasi agen-agen asing, bakteri, dan virus; sel-sel darah putih juga menjamin berfungsinya sistem tubuh, menjaga keausan organ, serta mencegah pertumbuhan abnormal sel-sel.

Setelah lewat usia pubertas, akademi militer (kelenjar timus) akan mewariskan ilmu pengontrol dan pengatur kerja sel darah putih kepada sel darah putih yang lulus ujian dan berpangkat sel terdidik, sehingga sel yang baru lulus ujian tersebut bisa melakukan tugasnya menularkan ilmu ini kepada generasi sel darah putih berikutnya.

Pada umumnya, saat individu tumbuh lebih tua dan telah beranjak usia tujuh puluhan, kelenjar timus menyusut dan digantikan oleh jaringan lemak. Kemampuan sel darah putih pembunuh pun mulai melemah dan menghancurkan unsur-unsur kawan sendiri, termasuk menghancurkan sebagian sistem tubuh, dan organ-organnya. Pada usia ini kita banyak melihat penyakit mulai muncul dan merajalela, seperti radang persendian, penyakit-penyakit ginjal, dan sebagainya yang diakibatkan menurunnya sistem imunitas tubuh dan hilangnya kontrol terhadap kinerja sel pembunuh. 

Inilah salah satu hal menarik yang mungkin tidak semua orang menyadari manfaat bahkan peran kelenjar timus yang vital dalam proses perkembangan tubuh manusia. Semakin maju ilmu pengetahuan, maka semakin jauh pula kita mengerti sisi-sisi kemukjizatan ayat-ayat Allah yang menunjukkan kebesaran Sang Maha Pencipta.

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah” (Q.S. As Sajdah, 32: 7)












Referensi:
A, Yusuf. 2008. Seri Kemujizatan Al Quran dan Sunnah, Kemujizatan Manusia dalam Al Quran dan Sunnah. Yogyakarta: Sajadah_press.
Budisma.net/2014/10/apakah-fungsi-kelenjar-timus.html diakses tanggal 11 Mei 2015
www.cancer.org/cancer/thymuscancer/detailedguide/thymus-cancer-what-is-thymus-cancer diakses tanggal 11 Mei 2015



Mei 12, 2015