Sabtu, 10 September 2016

Resensi Buku "Travel Writer"

Judul : Travel Writer
Penulis : Yudasmoro
Tanggal Terbit : Cetakan 1, Juni 2012
Penerbit : Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Tebal Halaman : 204 hlm

Di dalam dunia traveling, terdapat satu profesi yang sangat unik sekaligus asyik, yaitu travel writer. Pemaparan tentang travel writer ini dikupas tuntas oleh Yudasmoro, seorang freelance travel writer yang aktif menulis untuk beberapa media cetak papan atas, seperti: Garuda Inflight, Jalan-Jalan, Aplaus the Lifestyle, serta Getaway. Profesinya ini menuntut kemampuan tiga hal mendasar: menangkap peristiwa-peristiwa unik selama dalam perjalanan, kemampuan menulis, serta menangkap momen-momen spesial dengan kamera.

Di samping itu, layaknya pengusaha, travel writer juga harus memiliki visi dan misi dalam bidangnya. Target yang jelas, ide, kemampuan menyusun jadwal, dan kedislipinan mengejar target adalah beberapa kunci yang wajib dimiliki. Visi dan misi jelas diperlukan. Beberapa masalah pun juga siap menanti bagi siapapun yang berniat serius dalam bidang ini.

Yudasmoro membeberkan panduan-panduan yang menuntun para travel writer agar dapat profesional dalam bidang ini. Ia juga mengenalkan tentang proses peliputan suatu berita berdasarkan jenisnya dan tips-tips wawancara untuk mempermudah keakuratan datanya. Jika sudah berada di lapangan, maka kita perlu memperhatikan sekitar, menggunakan panca indra, berbaur, pengamatan individu, eksplorasi, dan menyiapkan perlengkapan dengan baik.

Menariknya, ia menjelaskan pula betapa pentingnya menyelipkan foto yang mampu memberikan unsur informasi di dalamnya. Beberapa panduan dan contoh foto dapat kita baca di buku ini, temasuk tips-tipsnya seperti: Mempersiapkan kamera, tak harus lanskap, tak harus punya DSLR, high resolution, dan kreatif saat memotret.

Lalu bagaimanakah cara mulai menulis? Kunci yang disarankan oleh sang penulis yaitu hanyalah latihan dengan tekun terus-menerus, menulis, dan menulis lagi!

".... Menulis adalah cerminan cara berpikir kita. Menulis adalah membangun landmark diri kamu pada sebuah media yang berbeda..."

Kalau kamu mulai serius untuk mempelajari bidang travel writer, mulailah menulis apa saja. Kembangkan juga kemampuan menulismu dari beberapa contoh yang telah diungkapan dalam buku ini. Misalnya, dalam penentuan judul, buatlah judul yang simple dan menarik perhatian, tetapi mengungkapkan isi artikel. Setelah judul tercipta, susun bagian pembuka yang menarik dalam segi angle (sudut pandang) dan materi. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa kutipan, imajinasi, informasi, pertanyaan, atau mood. Selanjutnya, perhatikan juga tentang EYD, kisahnya yang runut, penyisipan humor jika diperlukan, pengumpulan data yang akurat, serta imajinasi dan wawasan.

Setelah selesai menulis artikel hingga siap dipublikasikan, kirimkan artikel tersebut pada beberapa media yang ingin kamu tuju. Perlu adanya kesabaran dan kejelian dalam memilih media. Artikel sendiri terdapat beberapa bentuk gaya tulisan kreatif, tergantung dari ide-ide penulisnya. Beberapa contoh artikel travel, yaitu: religi, adventure, culture, profil, horor, sightseeing (wisata kota), dan kuliner.

Jika kamu benar-benar serius dalam bidang travel writer, maka kamu perlu memahami beberapa hal berikut:
1. Travel writer itu pedagang, kita harus jeli melihat peluang, kreatif, profesional, dan selalu belajar.
2. High risk, profesi ini juga akan dihinggapi rasa bosan, jenuh, ataupun stres.
3. Basisnya adalah jurnalistik, mencari data seakurat mungkin adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan.
4. Be creative, berlatihlah untuk selalu memunculkan ide-ide kreatif dan ajukan pada editor sesegera mungkin.
5. It's fun, however, menjadi travel writer memungkinkan kita untuk bertemu dengan banyak hal unik, aneh, lucu, sedih, tragis, dan narasumber yang berbeda-beda sifat. Selalu membuat tema baru dalam liputan menjadikan kita banyak mempelajari hal baru, mulai dari sejarah, budaya, hingga jenis dan rasa makanan.

Demikianlah sedikit ulasan tentang buku 'Travel Writer' karya Yudasmoro ini. Bergaya tulisan populer, memudahkan saya untuk memahami isi buku ini, dari apa itu travel writer dan langkah demi langkah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berkaitan. Seperti profesi pada umumnya, freelance travel writer juga dituntut untuk profesional dan memiliki sisi menyenangkan serta resiko yang tak bisa terpisahkan.

Jadi, bagi kamu yang senang traveling dan ingin menjadikannya sebagai profesi, buku ini saya rekomendasikan untuk segera kamu baca.

Selamat Membaca! :)

Selasa, 30 Agustus 2016

Denyut Baru Drigu

DENYUT BARU DRIGU 
Artikel dan Foto oleh: Nurlaili L.



Sedaer River Tubing, Jawa Timur.
Alternatif petualangan wisata air di Sungai Amprong, lereng Gunung Semeru.

Dusun Drigu sebelumnya jarang terdengar di telinga saya. Namun kali ini saya berkesempatan mendatangi kawasan Poncokusumo ini dan menyusuri petak-petak hijau yang didominasi tanaman sedaer (selada air), salah satu jenis tanaman budidaya andalan warga.

“Saking pundi Mbak?—Dari mana Mbak (asalnya)?” Sapa ramah seorang petani
“Kulo saking Tumpang Pak—Saya dari Tumpang Pak.”

Sang petani kemudian menunjukkan sebuah jalan setapak di antara ladang sedaer agar tidak terperosok. Tak jauh dari sana, saya bertemu dengan para pemandu dan pemain yang memulai kegiatan serunya, river tubing. Mereka mengarungi sungai dengan memakai ban dalam kendaraan (tube) yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Ketika mengendarai ban, pemain cukup duduk di atasnya dan mengikuti arus sungai. Di ujung sungai inilah, terlihat Shuvia Rahma sedang mendokumentasikan aktivitas mereka, ialah salah satu penggagas terbentuknya Sedaer River Tubing. Dalam kesempatan yang ada, Shuvia menceritakan beberapa hal terkait wisata baru ini kepada saya.


Petak-Petak Tanaman Sedaer Tumbuh Menghijau. 
Setiap harinya, ladang sedaer di Drigu harus dialiri air bersih untuk membantu pertumbuhan tanaman sedaer. Dalam waktu sebulan, tanaman sudah bisa dipanen untuk dijual di pasar terdekat.


Wisata river tubing di Drigu mulai ada karena inisiatif dari pemuda-pemudi kreatif, Randy dan Shuvia. Berawal dari kesamaan hobi, menjelajahi dan menaruh kepedulian terhadap alam, mereka menemukan sebuah potensi wisata di dusun yang dilalui Sungai Amprong ini. Di tahun 2015, Mereka mulai mencoba merangkul beberapa warga untuk mengembangkan river tubing, hingga akhirnya seorang petani Drigu, Suwanto menyambut baik ajakan tersebut. Karena cukup disegani di masyarakat, Suwanto juga berhasil mengajak beberapa warga lainnya untuk turut serta mengembangkan denyut baru Drigu ini. Selama ±3 bulan, perbaikan kondisi Sungai Amprong pun dilakukan, secara gotong royong mereka membersihkan sampah-sampah dan menata posisi bebatuan agar tidak membahayakan nantinya.

“Sebenarnya, sebelum ada Sedaer River Tubing, para warga sudah mengenal tentang aktivitas semacam ini, tapi mereka melakukannya sekadar untuk main-main dan belum safety (aman)” Tutur wanita asal Pakisaji ini

            Kiprah Sedaer River Tubing diawali dengan pembelian 15 unit peralatan keamanan (helm, pelampung, dan ban), yang dilanjutkan dengan menyebarkan informasi tentang wisata air ini kepada beberapa saudara dan orang terdekat. Saat itu, base camp untuk menerima tamu menggunakan rumah warga di Dusun Drigu. Seiring berjalannya waktu, para anggota bersepakat untuk mendirikan base camp sendiri di sebuah lahan tidak terawat milik Suwanto. Menariknya, lanskap yang indah, hawa sejuk, perbukitan hijau, serta kondisi jalan yang mudah diakses ternyata menjadi nilai tambah kenyamanan di area base camp yang baru.

Jalur untuk mencapai lokasi base camp dapat melalui Desa Kunci (Gubuk Klakah) dan Pasar Wates (Poncokusumo). Dalam perjalanan saya dari Desa Tumpang, saya melaju ke arah timur (Gubuk Klakah) menuju Dusun Drigu, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang jaraknya hanya sekitar 9 Km. Menurut saya, rute ini cukup mudah untuk diingat, karena jalurnya searah dengan rute para pendaki menuju TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru).

 
Anyaman Bambu Gazebo Menjadi Latar Taman Base Camp. Selama beberapa bulan, tahap demi tahap pembangunan base camp dimulai, dari pembangunan kamar mandi, gazebo serta taman yang ditata sedemikian rupa.

Galeri Sedaer River Tubing. Keseruan olahraga semi ekstrem river tubing diabadikan dalam beberapa dokumentasi foto.

Para Tamu yang Bersantai di Gazebo. Tak terlalu banyak kendala selama proses pembangunan gazebo, karena bahan-bahan bangunan mudah didapat dan harganya terjangkau.

Briefing Sebelum Tubing. Briefing sangat penting dilakukan oleh pemandu, agar para pemain dapat nyaman dan aman ketika melakukan river tubing.

Para Pemandu Sedaer River Tubing. Para pemandu merupakan warga asli di kawasan Drigu sendiri. Sekitar 5-10 orang aktif menjadi anggota di Sedaer River Tubing untuk melayani para tamu.

Beberapa Medan Berbatu Menjadi Tantangan Tersendiri Bagi Pemain River Tubing. Petualangan river tubing semakin seru ketika aliran air sungai melewati beberapa jeram pada ketinggian tertentu.

Melalui kerja keras dan komitmen yang kuat, saat ini Sedaer River Tubing semakin ramai dikunjungi oleh sekitar 20-an wisatawan dalam sehari. Layanan juga semakin dimaksimalkan, contohnya dengan menambah paket unik, diantaranya: petik sedaer, petik apel, dan outbound di Hutan Pinus Bedengan (Poncokusumo). Hal ini tentu tak terlepas dari peran serta beberapa warga di sekitar Desa Kunci, Drigu dan Poncokusumo yang turut membantu dalam kegiatan harian river tubing, termasuk dalam penyediaan konsumsi dan alat transportasi.

Di samping mengoptimalkan potensi wisata daerah, kelestarian ekosistem alam juga menjadi perhatian utama bagi para anggota. Melalui kegiatan baru ini, beberapa warga yang biasanya menambang pasir di Sungai Amprong mulai beralih profesi menjadi pemandu river tubing.

“Batu itu penting. Supaya menahan laju air, sehingga ketika air bah datang maka bisa dipecah lajunya. Namun jika bebatuan terus diambil, kontur sungai bisa berubah dan tidak ada penahan. Jadi jika saya ingin tetap melakukan konservasi, saya juga harus mengajak orang-orang di sekitar sini.” Jelas Shuvia

Pentingnya aksi konservasi semakin disadari Shuvia ketika bertemu dengan rekan-rekannya sesama pecinta alam. Hingga saat ini, konservasi alam secara nyata mereka lakukan di daerah hulu, di Desa Taji (Kec. Jabung, Malang). Pemasukan dan bantuan yang telah diterima, mereka alokasikan untuk penghijauan hutan di Taji, supaya dapat mencegah terjadinya tanah longsor dan menyelamatkan sumber mata air disana. Tantangan juga sering mereka hadapi sejak melaksanakan aksi penghijauan 1.500 pohon, beberapa tanaman ditemukan rusak dan perawatan tanaman harus rutin dilakukan (perawatan sekitar dua bulan sekali). Namun, hal ini tidak menyurutkan tekad mereka untuk terus memperbaiki kelestarian alam, untuk Indonesia. Mereka terus melangkah maju dan fokus agar dapat kembali menyampaikan kabar baik lainnya. Harapan Shuvia sendiri pun tak muluk-muluk, setidaknya melalui wisata air ini, ia dapat terus melakukan konservasi alam, mampu mengajak wisatawan untuk menjaga lingkungan dan para warga dapat bekerja sama secara optimal untuk mengembangkan potensi wisata di daerahnya.

Dari sini, saya mendapatkan banyak inspirasi dan dapat mengambil sebuah pelajaran baru. Impian dan harapan mempunyai kekuatan yang sangat besar, tapi hanya ketika diperkuat oleh penelitian, pembelajaran, dan usaha. Inilah inovasi daerahku, bagaimana inovasi di daerahmu?



Lokasi Sedaer River Tubing (Menggunakan Aplikasi Google Maps).
Sedaer River Tubing, Dusun Drigu, Kec. Poncokusumo, Kab. Malang, Jawa Timur, Indonesia.


Bacaan Lanjutan:



Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku