Senin, 16 Mei 2016

Resensi Buku " Who Moved My Cheese? For Teens"

Judul : Who Moved My Cheese? For Teens
Penulis : Spencer Johnson (Ahli Bahasa: Antonius Eko W)
Tanggal Terbit : 2003
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Tebal Halaman : 92 hlm

Hidup bukanlah jalan lurus dan mudah yang dengan bebas dan tanpa rintangan kita jalani, melainkan sebuah lorong Labirin dan untuk melaluinya kita harus mencari jalan, tersesat dan kebingungan, lagi dan lagi tertahan di jalan buntu.

Namun apabila kita memiliki keyakinan, sebuah pintu akan terbuka bagi kita, mungkin bukan pintu yang selalu kita impikan, melainkan pintu yang pada akhirnya terbukti tepat bagi kita.

Dalam buku "Who Moved My Cheese?" versi remaja ini, kita akan diajak mengenal tentang empat karakter imajinatif yang sedang mencari cheese (keju) di labirin, diantaranya para tikus (Sniff; Endus & Scurry; Lacak) dan para kurcaci (Hem; Kaku & Haw; Aman). Kedua tikus memiliki otak yang sederhana dan naluri yang baik, kedua kurcaci menggunakan otak mereka yang rumit, yang diisi dengan kepercayaan-kepercayaan dan emosi.

Setiap hari mereka berempat mencari cheese di dalam labirin. Hingga suatu ketika mereka berempat akhirnya menemukan Cheese Station C. Kedua kurcaci mulai berpikir bahwa hidup mereka telah aman dan nyaman.

Hingga suatu hari, cheese di stasiun itu mulai habis karena terus dimakan. Kedua tikus tidak kaget akan hal itu, mereka telah mempersiapkan diri untuk hal ini. Mereka mencari lagi dalam labirin agar menemukan Cheese baru. Sedangkan kedua kurcaci amat terkejut dengan tidak adanya cheese.

"Siapa yang memindahkan Cheese-ku?"
"Ini tidak adil"

Saat Sniff dan Scurry telah bergerak dengan cepat, Hem dan Haw tetap terpaku, termenung, dan mulai depresi.

Sedangkan kedua tikus masih terus mencari, beberapa kali mereka tidak menemukan apa-apa sampai akhirnya mereka masuk ke suatu daerah Labirin yang belum mereka datangi: Cheese Station N. Mereka memekik kegirangan, mereka menemukan persediaan Cheese baru yang banyak.

Selama terus mengkhawatirkan cheese yang hilang, Haw mulai menyadari beberapa hal, seperti: perbedaan antara aktivitas dan produktivitas, menertawakan dirinya saat apa yang diperbuat oleh rasa takut terhadap dirinya, dan membuat lukisan di dalam pikirannya ketika dapat menemukan cheese baru. Haw mengingatkan Hem bahwa hidup mereka telah dan akan terus berubah, tetapi Hem tidak menghiraukannya dan masih berharap cheesenya dapat kembali lagi.

Haw pun mulai bertekad untuk berubah dan mencoba mencari cheese ke dalam labirin sendirian, ia menulis beberapa hal di dinding setiap kali pemikiran dan langkahnya yang baru.

"Jika Anda tidak berubah, Anda akan musnah"
"Apa yang akan Anda lakukan apabila Anda tidak takut?"
"Ciumlah cheese sesering mungkin, sehingga Anda tahu saat cheese itu mulai membusuk."
"Saat Anda berhenti dari rasa takut, Anda akan merasa lebih baik!"
"Membayangkan dirimu menikmati cheese baru, mengarahkanmu kepadanya."
"Lebih aman mencari di dalam labirin daripada tinggal di situasi tanpa cheese."
"Saat Anda melihat bahwa Anda dapat menemukan cheese baru, Anda mengubah haluan Anda."
"Bergerak bersama cheese dan menikmatinya!"

Setelah pencarian cheese di beberapa tempat yang tidak membuahkan hasil, Haw akhirnya menemukan Cheese station N dengan tumpukan cheese yang baru dikenalnya. Ia pun menyadari bahwa cara paling cepat untuk berubah adalah dapat menertawakan kebodohan diri sendiri, sehingga kita dapat merelakannya dan cepat-cepat bergerak maju.

Membaca buku ini, kita akan memahami betapa pentingnya untuk mampu beradaptasi terhadap segala perubahan, terus melakukan perbaikan diri dan lebih berani menghadapi tantangan. Cerita untuk remaja ini dikemas dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. Saya pun semakin paham, ternyata untuk memberikan motivasi bisa juga dengan pemikiran dan ilustrasi yang menyenangkan dan tidak rumit.

0 komentar:

Posting Komentar