Selasa, 03 Januari 2012

Perkembangan Sel-Sel Syaraf Anak

PERKEMBANGAN SEL-SEL SYARAF ANAK



Dunia kedokteran membuktikan dan menetapkan bahwa sel-sel manusia, baik yang di dalam kulit, otot, tulang maupun mata, kesemuanya mengalami peremajaan setiap 7 tahun sekali, kecuali sel-sel syaraf. Sel-sel ini berhenti laju perkembangannya sejak usia 7 tahunan, dan dalam rentang waktu ini, sekitar 9/10 otak berkembang. Jika sel syaraf mengalami peremajaan tiap 7 tahun sebagaimana sel-sel lainnya, maka ini akan menyebabkan berubahnya karakteristik seseorang, sehingga dalam satu hari saja ia bisa memiliki beberapa kepribadian.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, perkembangan otak pada masa kanak-kanak ada tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neokorteks (thought brain). Walaupun saling berkaitan, ketiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur fisik untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari pengindraan. Otak limbik memproses emosi dan sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Sedangkan otak pikir, yang merupakan bagian otak yang paling obyektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi dari otak primitif dan otak limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.

Mielinasi saraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, otak limbik, dan otak pikir. Jalur saraf yang makin sering digunakan membuat mielin makin menebal. Makin tebal mielin, makin cepat impuls saraf atau perjalanan sinyal sepanjang urat saraf. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima masukan dari lingkungannya sesuai dengan perkembangannya.

Di samping itu, anak juga membutuhkan pengalaman yang merangsang seluruh indra. Rangsangan dan perkembangan indra itu mengembangkan bagian tertentu dari otak primitif yang disebut reticular activating system (RAS), yakni wilayah di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. RAS menjadi pintu masuk di mana kesan yang ditangkap setiap indra saling berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir.

Seseorang dilahirkan dengan 10 miliar sel saraf di otaknya. Tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode di mana miliaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel saraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut dendrit. Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak limbik sudah 80 persen termielinasi. Setelah umur 7 tahun mielinasi bergeser ke otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespons citra visual. Saat membaca, menulis, dan berbicara, peran otak kiri dominan. Tugas utama otak kiri ialah berpikir secara nalar analitis dan menyusun argumen logis sesuai makna bahasa.

Kenyataan ini menunjukkan estetika ciptaan Allah, sebab Allah membebaskan tuntutan kewajiban (taklif) dari orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum selesai masa pertumbuhannya (anak kecil). Ketika si anak sudah besar, kepribadiannya akan terbentuk konstan dan dapat berpikir secara nalar melalui konsistensi (keajegan) sel-sel syarafnya yang tidak bertambah maupun berkurang akibat kerusakan maupun sakit, sehingga ia pun bisa terus beraktivitas menjalankan fungsinya.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dari A’isyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
“Pena catatan amal diangkat dari tiga orang (tidak mencatat perbuatan mereka): Orang tidur sampai ia bangun, orang yang sedang diuji (sakit) sampai ia sembuh, dan anak kecil sampai ia dewasa.”  

Mahasuci Allah SWT yang sungguh agung kekuasannya. Dia berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman, 31: 13)

Masa kanak-kanak dimulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Di dalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini, orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap masalah pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif di masyarakatnya kelak.

Konsep pendidikan yang tepat untuk diterapkan pada masa ini adalah seperti mengenalkan anak kepada Allah SWT, menanamkan cinta kepada Nabi SAW dan Ahlul Bait a.s., mendidik anak untuk taat kepada orang tua, menghormati anak, sikap adil terhadap semua anak, kebebasan bermain, dan lain-lain.

Pendidikan pada masa ini sebaiknya dijalankan secara bertahap sesuai dengan usia, kemampuan berpikir anak, dan kematangan bahasa dan nalarnya. Imam Muhammad Baqir a.s. dalam hal pendidikan bertahap ini mengatakan,
Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat “ Laa ilaaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan ia. Saat ia berusia tiga tahun tujuh bulan dua puluh hari, katakan kepadanya “Muhammad Rasulullah” (Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan sampai ia berumur empat tahun. Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan “ Shallallaah ‘alaa Muhammad wa aalihi” (Salam sejahtera atas Muhammad dan keluarganya) sebanyak tujuh kali dan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima tahun, tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? Jika ia mengetahui arah kanan dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan perintahkanlah ia untuk bersujud lalu tinggalkan. Setelah ia berumur tujuh tahun suruhlah ia untuk mencuci wajah dan kedua tangannya dan perintahkanlah ia untuk shalat lalu tinggalkan. Saat ia berusia genap sembilan tahun ajarilah wudhu dan shalat yang sebenarnya dan pukullah ia bila meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah mempelajari wudhu dan shalat dengan benar, maka Allah akan mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya, Insya Allah.

Para pakar psikologi mendukung kebenaran teori yang diberikan oleh Imam Baqir di atas. Mereka mengatakan, “Saat berusia dua sampai tiga tahun, anak mulai menunjukkan kemampuannya menyebutkan benda-benda dan hubungan yang dilihatnya. Di akhir tahun ketiga, anak mulai bisa menggunakan kata-kata dan merangkainya sesuai dengan tata bahasa yang benar dan saat itulah ia telah dapat menyusun kalimat-kalimatnya yang masih sangat sederhana dengan baik dan benar”.





Notes:
A, Yusuf. 2008. Seri Kemujizatan Al Quran dan Sunnah, Kemujizatan Manusia dalam Al Quran dan Sunnah. Yogyakarta: Sajadah_press.

Desember 26, 2011

0 komentar:

Posting Komentar